Hari itu, Jum’at, 21 Februari 1992, pukul 12.05 WITA, saya lahir sebagai seorang bayi perempuan dari seorang ayah yang bernama H. Amir Tutu dan seorang ibu, pahlawan hidupku yang bernama Hj. Suriati Usman di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar, mereka memberikan saya nama Ana Aisyah Amir. Sebuah nama sederhana yang memiliki pengharapan yang luar biasa untuk saya. Seseorang yang tulus dan lembut hatinya seperti istri Rasulullah SAW, Aisyah.
Semasa kecil, saya hidup bersama kedua orang tua saya serta bersama kakak dan adik laki-laki saya di Kompleks Perhubungan Udara Blok D No. 5, Maros . Memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak Angkasa Pura selama dua tahun, lalu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Angkasa Pura pada tahun 1998. Selama duduk di bangku kelas empat , saya bercita-cita ingin menjadi seorang guru Bahasa Inggris. Demi mewujudkan cita-cita saya, saya mengikuti kursus Bahasa Inggris.
Suatu hari, salah satu rekan ayah memberikan sebuah perangkat komputer pada saya, tiba-tiba saya mengubah cita-cita saya yang sebelumnya ingin menjadi seorang guru Bahasa Inggris lalu saat itu saya ingin menjadi seseorang yang sangat ahli dalam bidang komputer. Saya ingin menguasai komputer, mulai dari program-programnya hingga perangkat kerasnya.
Kursus Bahasa Inggris selama satu tahun saya ditinggalkan, bukan hanya karena ingin lebih mendalami ilmu komputer, tapi memang suasana tempat kursus memang membuat saya sedikit tertekan, mungkin karena saya kurang bersosialisasi. Sejak itu, saya mulai perhatian dengan komputer dan berusaha mempelajari ilmu tentang komputer. Biasanya saya belajar bersama ayah dan teman-teman ayah saya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Setelah lulus Sekolah Dasar selama enam tahun, saya melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Mandai pada tahun 2004. Selama tiga tahun duduk di bangku SMP, saya berusaha menunjukkan kepada keluarga dan teman-teman, bahwa saya bisa menjadi lebih baik, tidak seperti ketika masih duduk di SD, menjadi anak perempuan yang nakal dan malas. Kini di bangku SMP, saya berusaha menjadi anak perempuan yang rajin belajar. Walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin, namun belum mencapai hasil yang maksimal. Tapi saya tidak mau patah semangat untuk tetap terus belajar.
Lulus dari SMP, saya melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Maros. Semula orang tua tidak setuju jika saya bersekolah di sana, namun saya tidak pernah menyerah untuk meyakinkan kedua orang tua saya bahwa di sana lah tempat terbaik untuk saya menuntut ilmu. Berada di sekeliling orang-orang yang begitu semangat untuk belajar.
Pada saat pembagian jurusan sekolah pada kelas XI, saya memutuskan untuk memilih di jurusan Ilmu Sosial. Selain karena saya sangat tidak menyukai pelajaran eksakta, saya juga ingin lebih banyak mempelajari ilmu untuk bersosialisasi pada masyarakat dan berpikir kritis terhadap apa yang tidak baik dan tidak benar untuk diri saya dan masyarakat sekitar. Selain itu, saya sangat senang dengan pelajaran Akuntansi dan Geografi dan saya ingin memperluas pengetahuan terhadap kedua mata pelajaran itu.
Naik ke kelas XII, saya berusaha membuktikan kepada orang tua saya bahwa saya tidak akan menyerah untuk tetap belajar, lulus di SMA Negeri yang terbaik, dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Kadang saya harus mengorbankan waktu bersama keluarga, kesehatan sering terganggu, tapi untuk bisa memberikan yang terbaik kepada orang tua saya harus mengorbankan kebersamaan bersama keluarga.
Alhamdulillah, setelah mengikuti Ujian Akhir Nasional dan rangkaian ujian sekolah, saya berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Saya mulai merencanakan untuk melanjutkan pendidikan ke universitas.
Manusia hanya bisa merencanakan, akan tetapi hanya Allah yang menentukan segalanya yang terbaik untuk semua makhluknya. Saya ingin sekali melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Namun, orang tua tidak merestui keinginan saya itu. Orang tua, terutama ayah hanya menginginkan saya melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi. Jujur, saya merasa berat untuk menuruti keinginan ayah, yang ada di benak saya menjadi seorang jurnalis, menjadi media antara masyarakat dan pemerintah, dan menjadi pusat informasi.
Cita-cita sejak saya SD yang ingin menjadi seorang yang ahli dalam ilmu komputer padam seketika. Entah apa yang membuat saya meredupkan cita-cita saya atau mungkin ketertarikan saya dalam dunia jurnalistik adalah penyebabnya. Walaupun saya tidak pandai untuk bersosialisasi, tapi saya sangat berantusias menjadi seorang jurnalis.
Seleksi penerimaan mahasiswa baru pun tiba, saya mendaftar di Universitas Hasanuddin jurusan Hubungan Internasional dan Ilmu Komunikasi. Ayah tidak mengetahui sama sekali kalau saya tidak mendaftar di Fakultas Ekonomi. Setelah mengikuti seleksi dan mengetahui pengumuman seleksi, saya dinyatakan tidak berhasil dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru itu .
Akhirnya, saya meminta maaf kepada orang tua terutama kepada ayah karena tidak bisa memenuhi keinginannya untuk mendaftar di Fakultas Ekonomi. Hanya penyesalan yang ada di dalam benak saya, tidak bisa saya bayangkan ternyata saya telah berhasil mengecewakan orang tua yang telah berkorban banyak untuk saya, tapi saya tidak mau memenuhi keinginan orang tua. Hanya penyesalan dan penyesalan yang saya rasakan saat itu.
Setelah mendapat dorongan dari orang tua, terutama dorongan kuat dari ibu, untuk tetap tegar dan tidak pernah menyerah untuk berusaha, saya mencoba untuk mendaftar di universitas lain. Akhirnya saya mendaftar seleksi penerimaan mahasiswa baru di Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) dan Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Karena pendaftaran di PNUP begitu singkat, akhirnya saya lebih fokus untuk pendaftaran dan seleksi di sana. Setelah pengambilan formulir saya bertemu dengan kakak senior ketika SMA dan memohon bantuan untuk pengisian formulir pendaftaran. Setelah kakak senior banyak membantu saya, akhirnya saya mengembalikan formulir dan mengikuti ujian seleksi masuk Politeknik Negeri.
Setelah mengikuti seleksi masuk Politeknik Negeri, saya mendaftar seleksi penerimaan mahasiswa baru di UMI. Beberapa hari setelah pendaftaran, pengumuman ujian seleksi masuk Politeknik Negeri diumumkan, dan Alhamdulillah saya lulus dan berhasil masuk di program Diploma IV Jurusan Administrasi Niaga, program studi Administrasi Bisnis Ekspor Impor. Mendengar berita bahagia ini, saya langsung memberi tahu ibu dan ayah saya yang telah lama menginginkan saya untuk bisa melanjutkan pendidikan di bidang perekonomian seperti ini. Saya tidak lagi melanjutkan pendaftaran saya di UMI, karena saya lebih memilih di PNUP.
Senyum mereka terukir indah di wajahnya. Bukan saatnya saya mewujudkan mimpi dan cita-cita saya untuk menjadi seorang jurnalis tapi saatnya saya mewujudakan impian mereka, membahagiakan mereka, menjadi seorang karyawan dan pebisnis yang handal.
Walaupun masih ada angan-angan untuk menjadi jurnalis kembali, tetapi saya akan tetap berusaha untuk tetap membuat orang tua saya tersenyum bahagia. Menghapus mimpi dan keinginan saya menjadi jurnalis. Semuanya yang terbaik yang telah diberikan Allah pada saya, dan saatnya saya untuk bersyukur dan mempertahankan serta mengamalkan yang telah diberikannya pada saya.
Politeknik Negeri Ujung Pandang adalah gerbang impian saya mewujudkan impian saya. Hari-hari dipenuhi dengan aktivitas belajar mengajar, bersosialisasi akan saya hadapi di sini. Mengikuti rangkaian acara mahasiswa baru, perkuliahan, dan bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Bertemu dengan teman-teman baru yang berasal dari beragam suku yang ada di Sulawesi Selatan, bahkan Indonesia membuat saya semakin bersemangat. Bersama teman-teman yang bercita-cita satu, mewujudkan satu cita-cita, menjadi yang terbaik untuk diri kita, lingkungan, dan negara.